Ilmuwan Menemukan Bukti Adanya Alam Semesta Lain
Pecinta Astronomi Indonesia - Dengan melihat jauh ke ruang angkasa dan mengamati apa yang terjadi di sana, akhirnya para ilmuwan mengarah pada teori bahwa ini semua berawal dari Big Bang, segera diikuti dengan periode singkat ekspansi super-akselerasi yang disebut inflasi.
Mungkin ini adalah awal dari segalanya. Namun akhir-akhir ini, beberapa ilmuwan tengah bertanya-tanya apakah ada sesuatu sebelum itu, yang mengatur kondisi awal untuk kelahiran alam semesta kita.
Dalam studi paling baru mengenai sains pra-Big Bang, tim peneliti dari Inggris, Kanada, dan Amerika Serikat, Stephen M. Feeney beserta para koleganya mengungkapkan bahwa mereka telah menemukan empat pola melingkar pada latar belakang gelombang mikro kosmik (CMB). Para peneliti menduga bahwa tanda ini bisa merupakan “memar” akibat alam semesta kita bertumbukan sebanyak empat kali dengan ‘gelembung’ semesta lain. Jika mereka benar, ini akan menjadi bukti pertama akan adanya alam semesta lain selain alam semesta kita.
Ide akan adanya alam semesta lain di luar sana bukanlah hal yang baru. Ilmuwan sebelumnya telah mengusulkan bahwa kita hidup dalam “multiverse”, terdiri dari jumlah alam semesta yang tak terbatas. Konsep multiverse berasal dari ide inflasi abadi, di mana periode inflasi hanyalah satu dari sekian banyak periode inflasi. Ketika salah satu bagian dari ruang mengalami satu semburan pertumbuhan dramatis, ia mengembang menjadi alam semesta dengan sifat fisikanya. Seperti namanya, inflasi kekal terjadi berkali-kali dalam jumlah yang tak terbatas, menciptakan jumlah alam semesta yang tak terbatas, dan jadilah multiverse.
Alam semesta yang tak terbatas ini terkadang disebut gelembung alam semesta meskipun mereka berbentuk tidak teratur, tidak bulat. Gelembung alam semesta dapat bergerak dan terkadang berbenturan dengan gelembung alam semesta lainnya. Sebagaimana Feeney menjelaskannya dalam makalah, tabrakan ini menghasilkan inhomogenitas dalam kosmologi bagian-dalam-gelembung, yang dapat muncul pada CMB. Para ilmuwan mengembangkan algoritma untuk mencari tabrakan gelembung di CMB dengan sifat tertentunya, yang menyebabkan mereka menemukan empat pola melingkar.
Namun, para peneliti menekankan bahwa banyak pekerjaan yang diperlukan untuk mengkonfirmasi klaim ini, yang mungkin bisa diperoleh dengan satelit Planck dalam waktu dekat ini. Satelit ini memiliki resolusi tiga kali lebih baik daripada WMAP (di mana data saat ini berasal dari WMAP). Namun demikian, mereka berharap pencarian tabrakan gelembung ini bisa memberi beberapa wawasan ke dalam sejarah alam semesta kita, baik itu karena tumbukan ataupun bukan.
“Non-deteksi yang meyakinkan pada tabrakan gelembung dapat digunakan untuk menempatkan batasan ketat pada teori sehingga menimbulkan inflasi yang kekal, namun, jika tabrakan gelembung diverifikasi dengan data masa depan, maka kita akan memperoleh wawasan yang tidak hanya pada alam semesta kita sendiri, tetapi juga sebuah multiverse di baliknya,” tulis para peneliti dalam studi mereka.
Ini adalah studi kedua pada bulan lalu yang menggunakan data CMB untuk mencari apa yang mungkin terjadi sebelum Big Bang. Pada studi pertama, Roger Penrose dan Vahe Gurzadyan menemukan lingkaran konsentris dengan variasi suhu yang lebih rendah dari rata-rata dalam CMB, yang dapat menjadi bukti untuk kosmologi siklik di mana Big Bang terjadi secara berulang-ulang.
No comments