TEORI LAIN KIAMAT ALAM SEMESTA, BIG CRUNCH
Dikutip Pecinta Astronomi Indonesia - Alam semesta diyakini bermula dari sebuah ledakan besar yang disebut Big Bang sekitar 13,7 miliar tahun lalu. Bagaimana dengan akhir alam semesta? Apakah ilmu pengetahuan memang mengenal yang disebut kiamat?
Ada satu teori yang dikembangkan untuk menguraikan nasib alam semesta. Salah satunya disebut Big Crunch. Menurut teori itu, semesta akan berakhir menjadi kesatuan yang sangat mampat. Situasi tersebut mungkin bisa disebut kiamat.
Berdasarkan teori Big Crunch, alam semesta akan mengembang sebagai konsekuensi dari Big Bang. Namun, pengembangan tak akan terus-menerus terjadi. Pada suatu titik, semesta akan berhenti mengembang dan menyusut. Semua akan ditarik hingga hanya tersisa lubang hitam terbesar.
Untuk bisa membenarkan teori ini, beberapa ciri alam semesta perlu diterangkan. Salah satunya soal densitas alam semesta. Harus ada yang disebut densitas kritis untuk menerangkan bahwa alam semesta bisa mampat lagi setelah mengembang.
Semula, ilmuwan mengatakan, Big Crunch mungkin terjadi. Ilustrasinya, seperti bola yang dilempar ke atas dan pada suatu titik akan berhenti dan jatuh. Begitu pula alam semesta, gaya gravitasi akan menang dan menarik semua obyek pada akhirnya.
Hingga saat ini ilmuwan menemukan bahwa alam semesta terus-menerus mengembang. Ada energi gelap yang membuat semesta mengembang dan obyek-obyek di dalamnya saling menjauhi. Teori Big Crunch mulai goyah. Kemungkinan alam semesta takkan mati kecil.
Ilmuwan kini masih terus mencari tahu dan memperkirakan nasib semesta pada akhirnya. Sains belum menemukan jawaban yang pasti. Big Crunch hanyalah salah satu teori. Masih ada teori lain, seperti Big Rip dan Big Bounce.
Jika semesta memang akan mati, maka berdasarkan prediksi, waktunya masih sekitar 100 triliun tahun ke depan. Saat itu, bintang terakhir akan meledak dan padam. Kelahiran bintang baru tak dimungkinkan. Alam semesta menjadi sangat gelap dan dingin.(astro_shfly/universetoday.com)
Ada satu teori yang dikembangkan untuk menguraikan nasib alam semesta. Salah satunya disebut Big Crunch. Menurut teori itu, semesta akan berakhir menjadi kesatuan yang sangat mampat. Situasi tersebut mungkin bisa disebut kiamat.
Berdasarkan teori Big Crunch, alam semesta akan mengembang sebagai konsekuensi dari Big Bang. Namun, pengembangan tak akan terus-menerus terjadi. Pada suatu titik, semesta akan berhenti mengembang dan menyusut. Semua akan ditarik hingga hanya tersisa lubang hitam terbesar.
Untuk bisa membenarkan teori ini, beberapa ciri alam semesta perlu diterangkan. Salah satunya soal densitas alam semesta. Harus ada yang disebut densitas kritis untuk menerangkan bahwa alam semesta bisa mampat lagi setelah mengembang.
Semula, ilmuwan mengatakan, Big Crunch mungkin terjadi. Ilustrasinya, seperti bola yang dilempar ke atas dan pada suatu titik akan berhenti dan jatuh. Begitu pula alam semesta, gaya gravitasi akan menang dan menarik semua obyek pada akhirnya.
Hingga saat ini ilmuwan menemukan bahwa alam semesta terus-menerus mengembang. Ada energi gelap yang membuat semesta mengembang dan obyek-obyek di dalamnya saling menjauhi. Teori Big Crunch mulai goyah. Kemungkinan alam semesta takkan mati kecil.
Ilmuwan kini masih terus mencari tahu dan memperkirakan nasib semesta pada akhirnya. Sains belum menemukan jawaban yang pasti. Big Crunch hanyalah salah satu teori. Masih ada teori lain, seperti Big Rip dan Big Bounce.
Jika semesta memang akan mati, maka berdasarkan prediksi, waktunya masih sekitar 100 triliun tahun ke depan. Saat itu, bintang terakhir akan meledak dan padam. Kelahiran bintang baru tak dimungkinkan. Alam semesta menjadi sangat gelap dan dingin.(astro_shfly/universetoday.com)
No comments