Astronom Temukan Struktur Terbesar Di Alam Semesta
Lokas struktur tersebut |
AstroNesia ~ Sebuah supervoid (kekosongan) raksasa yang memiliki luas 1,8 miliar tahun cahaya mungkin bertanggung jawab membentuk 'Cold Spot' misterius di alam semesta.
Teori ini diusulkan oleh astronom yang berusaha untuk memahami apa yang menyebabkan daerah dingin yang lebih besar dari perkiraan ini.
Jika dikonfirmasi, supervoid ini akan menjadi struktur tunggal terbesar yang pernah ditemukan oleh manusia.
The Cold Spot pertama kali ditemukan oleh para astronom pada tahun 2004 ketika mereka memeriksa peta radiasi dari sisa-sisa ledakan Big Bang (latar belakang gelombang mikro kosmik (CMB) yang dibuat menggunakan teleskop Esa Planck.
Dalam peta, alam semesta terlihat cukup merata, kecuali di daerah ini.
Wilayah aneh raksasa ini mengandung hanya sekitar 20 persen materi dibandingkan daerah lain di alam semesta dan galaksi yang menghuninya kurang dari 10.000 galaksi dibanding ditempat yang normal.
Meskipun daerah seperti ini telah ditemukan, tapi skala (ukurannya) yang begitu besar membuatnya menjadi perbincangan. Karena yang berukuran seperti ini belum pernah ditemukan.
Meskipun demikian, Andras Kovacs dari Eotovos Lorand University di Budapest yang juga terlibat studi mengatakan, "Supervoid tidak benar-benar kosong. Mereka hanya sangat kurang padat."
"Yang kami temukan adalah supervoid terbesar yang pernah ditemukan. Dengan kombinasi ukuran dan kekosongannya, supervoid kami sangat jarang. Kami memperkirakan hanya ada beberapa supervoid yang sebesar ini di alam semesta," imbuh Kovacs.
Penemuan supervoid ini sedikit memberi penjelasan tentang misteri "cold spot". Area itu mungkin lebih dingin dan memiliki lebih sedikit galaksi karena keberadaan supervoid besar di pusatnya.
Adanya supervoid bisa menguraikan misteri "cold spot" sebab dalam semesta yang terus mengembang seperti yang dipahami saat ini, foton cahaya akan bergerak lebih lambat ketika melintasi void. Seiring memasuki supervoid, energi kinetik foton cahaya diubah menjadi energi potensial. Bayangkan pergerakan foton cahaya memasuki supervoid seperti manusia yang mendaki sebuah bukit.
Dalam semesta yang stasioner atau tak mengembang, foton cahaya akan mendapatkan lagi energi kinetiknya begitu keluar dari supervoid. Dengan demikian, kecepatannya akan sama cepat. Bayangkan seperti manusia yang turun gunung.
Namun, dalam semesta yang mengembang, skenarionya berbeda. Ruang akan lebih besar sehingga supervoid, jika dianggap sebagai bukit, akan lebih rendah ketika manusia menuruninya. Maka dari itu, kecepatan foton cahaya pun akan lebih lambat ketika keluar.
Meskipun memberi sedikit pencerahan, supervoid hanya menyumbang 10 persen dari anomali "cold spot". Jadi, penemuannya belum mampu memecahkan misteri "cold spot", malah menambah daftar pertanyaan yang harus dijawab.
"Sekarang kita harus menjawab bagaimana void itu terbentuk. Ini adalah fenomena yang sangat jarang," ungkap Roberto Trotta dari Imperial College London yang tak terlibat studi
Penelitian ini diterbitkan dalam Pemberitahuan Bulanan Royal Astronomical Society, dilakukan oleh Institut Astronomi di University of Hawaii di Manoa.
No comments