Seperti Apa Rasanya Hidup Di Komet?

http://astronesia.blogspot.com/
Komet 67P

AstroNesia ~ Meskipun budaya kuno sering melihat komet sebagai pertanda kiamat, "bola salju kotor" kosmik saat ini dipandang sebagai obyek penting yang dapat membantu para ilmuwan mempelajari lebih lanjut tentang evolusi awal tata surya.

Pada bulan November 2014, Philae milik Badan Antariksa Eropa dijatuhkan dari pesawat ruang angkasa Rosetta, menjadi pesawat ruang angkasa buatan manusia pertama yang mendarat lembut pada permukaan komet. Mengirim probe ke komet adalah sesuatu yang lain. Tetapi jika astronot yang mendarat di sebuah komet, apa yang akan mereka alami saat tinggal di sana?


Dalam beberapa dekade terakhir, NASA dan lembaga antariksa lainnya telah meluncurkan beberapa misi untuk mempelajari komet, sehingga siapa pun yang mengunjungi komet akan memiliki setidaknya beberapa pengetahuan tentang tubuh kosmik ini.

Misalnya, pada tahun 1986, pesawat ruang angkasa Giotto milik Eropa terbang ke koma (awan difus gas dan debu besar di sekitar inti komet, atau inti) Komet Halley untuk menangkap gambar pertama dari inti komet. Pada tahun 2004, pesawat ruang angkasa NASA Stardust mengumpulkan sampel debu dari koma Komet Liar 2. Dan pada tahun 2005, Deep Impact collider menabrak komet Temple 1 untuk mempelajari inti komet.

Foto-foto dari misi komet telah mengungkapkan bahwa inti komet cukup kecil, mulai dari ukuran kurang dari satu mil sampai puluhan mil. Beberapa dari mereka juga memiliki bentuk tidak teratur.

"Alasan mereka begitu tidak teratur karena gravitasi mereka sangat rendah," kata Althea Moorhead, seorang peneliti di Meteoroid Environments Office at NASA's Marshall Space Flight Center. "Saya pikir akan terasa aneh hidup di komet karena alasan itu.

Di Bumi dan objek bulat lainnya, gravitasi diarahkan lurus ke bawah. Tetapi jika Anda berada di sebuah komet berbentuk tak teratur, gravitasi mungkin menarik Anda ke bawah dan ke samping, tergantung di mana Anda berdiri, kata Moorhead.

Namun, tarikan gravitasi tidak akan kuat. Misalnya gravitasi Komet Halley sama dengan gravitasi Gunung Everest jika Anda membawa gunung ini ke ruang angkasa (jika Anda menjatuhkan sebuah objek setinggi dada, itu akan memakan waktu sekitar dua menit untuk mencapai tanah.
   
"Gravitasinya begitu rendah sehingga jika Anda bisa melompat 8 inci [20 cm] di Bumi, Anda bisa melompat ke luar agkasa jika berada di Komet Halley," kata Moorhead. Ia jga menambahkan bahwa Anda akan sangat berhati-hati beraktivitas fisik di komet.

Komet, khususnya yang berbentuk tidak teratur, bisa memberikan fitur menarik untuk dieksplorasi, seperti kawah atau rongga yang terbentuk dari sublimasi material. Tapi Anda mungkin akan cepat bosan. "Untuk sesuatu seperti Komet Halley, total luas permukaan hanya seluas pulau Lanai [di Hawaii]," kata Moorhead. Lanai berukuran sekitar 140,5 mil persegi (364 kilometer persegi).

Komet terkenal karena koma, tetapi fitur ini hanya ada ketika komet berada relatif dekat dengan Bumi. Misalnya komet Halley, memiliki koma hanya sekitar satu tahun dari orbitnya yang memiliki 76 tahun mengelilingi matahari.

Koma terbentuk ketika es di permukaan inti komet berubah menjadi gas. Bagi Komet Halley, ini terjadi ketika berjarak sekitar 3 unit astronomi dari matahari, kata Moorhead. (Satu unit astronomi, atau AU, adalah jarak antara Bumi dan matahari, sekitar 93 juta mil (150 juta kilometer).

Jika Anda berada di sebuah komet ketikaia sudah memiliki koma, awan ini cenderung akan mengaburkan bintang. Dan pandagan siang hari (sehari penuh di Komet Halley sekitar2,2 dan 7,4 hari Bumi), anda akan dipenuhi dengan cahaya menyebar, mirip dengan apa yang terlihat ketika kita berada di wilayah kabut yang pekat, kata Moorhead.

Banyak komet memiliki orbit elips, yang membawa mereka dari Sabuk Kuiper (wilayah tata surya di luar Neptunus) ke tata surya bagian dalam. Karena orbit elips ini, suhu di komet akan sangat bervariasi tergantung di mana posisi komet dalam orbitnya.

Ketika pesawat ruang angkasa Giotto mengunjungi Komet Halley pada tahun 1986, komet ini berjarak 0,9 AU dari matahari dan memiliki suhu permukaan sekitar 170 derajat Fahrenheit (77 derajat Celcius). Rosetta, mengukur komet 67P / CG, minus 94 F (minus 70 C) pada bulan Juli 2014, ketika komet itu berjarak lebih dari 3 AU (sekitar 279 juta mil, atau 450 juta km) dari matahari.


Karena orbit yang sangat elips ini, waktu yang dibutuhkan mengirim pesan ke Bumi jika anda berada di permukaan komet akan sangat bervariasi, mulai dari hitungan menit sampai beberapa jam. 

Jangan lupa follow twitter kami di @Berita_astronomi

No comments

Powered by Blogger.